Perhimpunan LAWE didirikan atas kecintaan para pendirinya terhadap kain kain tradisional Indonesia. Tantangan yang dihadapi para perajin kain tradisional ini mirip. Mereka memiliki keterbatasan dalam memasarkan hasil karyanya, dan merasa tidak mampu bersaing dengan kain modern hasil industri tekstil. Karya yang dihasilkan juga terbatas pada kain lembaran dan selendang kurang ada diversifikasi produk. LAWE berusaha menjembatani hal ini dengan menciptakan produk produk fungsional yang mampu bersaing di pasar modern, dengan bahan kain kain tradisional Indonesia. Untuk mewujudkannya, LAWE menghimpun kurang lebih 30 perajin untuk mewujudkan desain produk pengembangan kain tradisional. LAWE sebagai community social enterpri!se Sebagai usaha komunitas yang memiliki misi sosial, LAWE memfokuskan diri pada eksplorasi potensi orang-orang yang terlibat di dalamnya. Desain produk yang diciptakan menyesuaikan masing-masing kemampuan dan kapasitas perajin, selain merespon kebutuhan pasar. Keberpihakan LAWE adalah pada penguatan tingkat penghidupan perajin, bukan semata pada desain." Untuk mencapai misi pelestarian kain tradisiona. LAWE melakukan berbagai penguatan kapasitas penenun dan pembatik, mulai dari peningkatan pengetahuan dalam hal pewarnaan, pengenalan warna kontemporer yang lebih bias diterima pasar, peningkatan kualitas pembuatan kain, dan pengembangan motif." Sedangkan di sisi pemberdayaan perempuan, LAWE membuat berbagai pelatihan, mulai dari pelatihan pengembangan produk, pelatihan pewarnaan alam, hingga business start-up untuk mahasiswa. Program LAWE terbaru adalah Craft Class yang melayani kelompok-kelompok perempuan, untuk ibu-ibu rumah tangga dan mahasiswa di Yogyakarta belajar mengolah limbah konveksi, gratis. " Lawe juga menerima magang antara lain dari SLB-C Playen, Yogyakarta; kelompok masyarakat Sawahlunto, Sumbar; mahasiswa kerja praktek dan skripsi dari berbagai perguruan tinggi.

PRODUK